Semangat Kebangsaan Gen Z Menguat Lewat Sosialisasi Empat Pilar MPR-RI di Bandar Lampung
Pada momen ini, nilai nasionalisme kembali ditekankan agar tertanam kuat sejak dini. Generasi muda perlu memahami bahwa masa depan negeri bergantung pada karakter dan integritas mereka. Sosialisasi Empat Pilar MPR-RI hadir sebagai upaya membangun pemuda Indonesia yang berwawasan kebangsaan dan mampu menghadapi tantangan global.
Arah utama kegiatan ini adalah membangkitkan kesadaran generasi muda akan pentingnya jati diri nasional. Mereka diingatkan untuk tidak kehilangan identitas di tengah arus modernisasi. Dengan pendekatan kreatif, pelaksanaan sosialisasi mengajak para peserta memahami nilai dasar bangsa melalui cara yang relevan dengan kehidupan mereka.
Program bertema kebangsaan ini digelar oleh Yayasan Rumah Kreasi Indonesia bekerja sama dengan Wakil Ketua Badan Sosialisasi MPR-RI, H. Abidin Fikri, S.H., M.H. Acara berlangsung di Oemah Sam Kedaton, Kota Bandar Lampung. Sebanyak 200 peserta yang terdiri dari mahasiswa Gen Z kreatif Provinsi Lampung hadir dengan antusias untuk memperkuat wawasan Pancasila. Kehadiran peserta menjadi bukti bahwa minat anak muda terhadap isu nasionalisme masih sangat tinggi.
Dalam kegiatan ini, narasumber utama adalah Desta Ardiyanto, S.Pi., M.Ling., Founder Yayasan Rumah Kreasi Indonesia dan Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Mesuji. Ia memberikan materi mengenai pentingnya memegang nilai dasar negara dalam kehidupan sehari-hari. Melalui penjelasannya, para peserta diajak kembali memahami inti dari Persatuan Indonesia sebagai modal besar membangun masa depan bangsa.
Menurut Desta, generasi muda harus sadar bahwa peran mereka tidak hanya sekadar mempelajari teori di bangku kuliah. Anak muda wajib menerapkan nilai kebangsaan dalam tindakan konkret. Ia menekankan bahwa nilai kebangsaan harus menjadi sikap, bukan hanya wacana. Pemahaman mendalam tentang Pancasila dan pilar kebangsaan menjadi pedoman dalam menghadapi berbagai tantangan.
Dalam kesempatan itu, Desta juga mengingatkan generasi muda agar menjauhi perilaku yang merusak masa depan. Ia menyoroti maraknya penyimpangan remaja seperti narkoba, tawuran, pergaulan bebas, hingga aktivitas negatif lain yang dapat memengaruhi mental dan karakter pemuda. Di era digital, penyimpangan semakin mudah terjadi jika tidak ada kontrol diri dan kesadaran moral.
Ia menegaskan bahwa anak muda harus memiliki visi hidup yang jelas. Mereka diharapkan mampu mengembangkan diri, memiliki cita-cita yang tinggi, dan memberi dampak positif bagi lingkungan sekitar. Dalam pandangannya, pemuda harus menjadi pelopor perubahan dengan semangat kebangsaan yang kokoh. Dunia modern yang serba cepat menuntut kecerdasan dalam bertindak.
Generasi Z dikenal hidup berdampingan dengan teknologi. Hal ini menjadi keunggulan besar karena mereka bisa mengakses informasi global dengan mudah. Mereka lebih adaptif dan cepat belajar. Kemajuan teknologi membuka peluang besar bagi kreativitas. Dengan keterampilan digital, anak muda dapat menciptakan inovasi yang bermanfaat untuk masyarakat luas.
Meski begitu, derasnya arus globalisasi membawa pengaruh budaya asing yang masuk tanpa batas. Anak muda harus bijak menyaring informasi agar tidak kehilangan identitas bangsa. Keseimbangan antara keterbukaan global dan kecintaan terhadap budaya lokal menjadi kunci menjaga karakter nasionalisme. Tanpa itu, generasi muda dapat terjebak dalam budaya instan yang mudah melupakan jati diri.
Saat ini banyak peluang kerja baru bermunculan seperti digital marketing, content creator, analis data, hingga profesi berbasis teknologi. Kreativitas menjadi modal utama dalam menghadapi era digital. Dengan semangat 4 pilar kebangsaan, pemuda dapat mengembangkan potensi tersebut menjadi kekuatan besar bagi bangsa.
Desta Ardiyanto juga menegaskan ulang bahwa Pancasila merupakan fondasi penting bagi kehidupan bangsa Indonesia. Nilai-nilainya digali dari keberagaman masyarakat sejak awal berdirinya negara. Setiap warga negara wajib memahami dan menerapkan nilai tersebut sebagai pedoman hidup. Tanpa penanaman nilai itu, bangsa akan mudah goyah.
Empat Pilar MPR-RI yang terdiri dari Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika menjadi dasar penguatan karakter bangsa. Pilar-pilar itu menjadi identitas kuat yang mempersatukan masyarakat di tengah perbedaan. Tanpa pemahaman pilar kebangsaan, generasi penerus bangsa berpotensi kehilangan arah.
Kekuatan Indonesia berada pada persatuan dalam keberagaman. Generasi muda sebagai pewaris kepemimpinan nasional wajib menjaga nilai luhur tersebut. Nasionalisme harus tumbuh dari kesadaran diri, bukan hanya slogan. Setiap tindakan kecil yang mencerminkan cinta tanah air adalah bentuk nyata menjaga keutuhan bangsa.
Melalui kegiatan sosialisasi ini, mahasiswa Gen Z Lampung diharapkan dapat menjadi motor semangat kebangsaan yang kreatif. Mereka didorong menghadapi kemajuan teknologi tanpa mengabaikan identitas nasional. Perpaduan antara nilai modern dan nilai kebangsaan menjadi kunci membentuk generasi tangguh.
Kegiatan ini juga menunjukkan bahwa upaya memperkuat rasa cinta tanah air harus dilakukan secara berkelanjutan. Pendidikan karakter menjadi pondasi utama bagi bangsa yang kuat, mandiri, dan bermartabat. Anak muda yang kreatif dan berjiwa nasionalis menjadi harapan menuju Indonesia emas.
Dengan terselenggaranya program ini, anak muda semakin percaya diri untuk berkarya menjaga kedaulatan bangsa. Semangat juang generasi penerus perlu dirawat agar tidak padam oleh pengaruh negatif. Melalui pembinaan yang menyeluruh, generasi emas Indonesia dapat tumbuh kuat menghadapi persaingan global.
