Kematian Affan Soroti Masalah Sistemik Tata Kelola Transportasi di Indonesia

Unras.com, Jakarta – Kematian Affan Kurniawan, seorang pengemudi ojek online, menjadi titik balik yang menyibak masalah sistemik tata kelola transportasi di Indonesia. Peristiwa tragis ini tidak hanya menorehkan duka mendalam, tetapi juga menyoroti rapuhnya perlindungan terhadap jutaan pekerja informal di sektor transportasi. 

Kehadiran ojek online sejak awal telah menjadi solusi darurat di tengah minimnya moda transportasi umum yang layak. Pengemudi ojol hadir setiap hari, dari gang sempit hingga jalan protokol, mengisi celah yang seharusnya dipenuhi oleh sistem angkutan massal. Namun, status mereka tetap menggantung tanpa kepastian hukum maupun kebijakan yang berpihak.

Pemerhati transportasi Muhammad Akbar menyebut, fenomena ojol merefleksikan kegagalan negara dalam menyediakan layanan mobilitas yang aman dan terintegrasi. Buruknya koneksi antar moda, lambannya pembangunan angkutan massal, serta absennya perlindungan pekerja menjadi gambaran nyata persoalan tata kelola transportasi di Tanah Air.

Di balik rutinitas pengantaran penumpang dan barang, para pengemudi menyimpan keresahan yang sama: jam kerja panjang, pendapatan tak menentu, dan risiko tinggi di jalanan. Mereka terhubung melalui basecamp, grup komunikasi, hingga aksi solidaritas, membentuk kekuatan sosial yang semakin besar dan tidak bisa diabaikan.

Kematian Affan lantas menggugah kesadaran kolektif ribuan pengemudi di berbagai kota. Mereka bukan lagi sekadar bagian dari ekonomi digital, melainkan tulang punggung mobilitas perkotaan. Aksi-aksi solidaritas yang muncul menunjukkan bahwa komunitas ini memiliki peran penting dalam menjaga denyut kehidupan urban.

Akbar menekankan, tragedi yang menimpa Affan menjadi bukti betapa rentannya posisi pekerja ojol di lanskap sosial masyarakat. Negara dituntut hadir bukan hanya melalui janji-janji, melainkan langkah konkret untuk memastikan transportasi publik yang layak sekaligus perlindungan bagi pekerja sektor informal